STBM DI SUMBA, SEBUAH KENISCAYAAN

Saturday, January 02 2010 | Article | 1803 | Admin

 

Seluruh elemen Pemerintah Kabupaten Sumba Barat Daya dan Sumba Tengah, mulai dari tingkat Desa, Kecamatan hingga Kabupaten memiliki komitmen yang kuat untuk mewujudkan akses universal sanitasi 100% pada tahun 2019. Strategi yang dipakai yaitu menggunakan pendekatan STBM (Sanitasi Total Berbasis Masyarakat). Melalui pendekatan ini, masyarakat menjadi pelaku untuk memperbaiki sanitasi dan sekaligus sebagai agen perubahan hidup bersih bagi diri mereka sendiri, keluarga dan masyarakatnya.

Kabupaten Sumba Barat Daya dan Sumba Tengah merupakan dua kabupaten baru hasil pemekaran kabupaten Sumba Barat tahun 2007. Secara umum, hamparan pulau Sumba merupakan tanah bebatuan karts. Keadaan tanah di Sumba banyak mengandung pasir, kapur dan batu karang. Konon, ratusan ribu tahun yang lalu daerah ini berada di bawah permukaan laut. Setelah zaman es berlalu, daratan ini muncul di atas permukaan laut. Itulah sebabnya, berbagai jenis fosil hewan laut seperti kerang, ikan dan tanaman laut seringkali ditemukan di bukit-bukit karang. Kondisi ini menggambarkan bahwa Sumba bukanlah daerah yang cukup air. Sehingga untuk melakukan kebiasaan hidup bersih yang biasanya dikaitkan dengan ketersediaan air bersih sering menjadi hambatan tersendiri.

Namun, nyatanya keterbatasan air bukanlah penghalang untuk memiliki sarana sanitasi dan berperilaku hidup bersih. Melalui pendekatan STBM, pemerintah daerah dan masyarakat telah bergotong royong untuk mewujudkan sanitasi sehat bagi semua. Pendekatan ini diawali kegiatan pemicuan untuk menggugah kesadaran masyarakat tentang kebutuhan sanitasi sehat dan dilanjutkan dengan komitmen masyarakat untuk membuat sarana sanitasi di setiap rumah tangga. Pengerjaan sarana sanitasi dilakukan secara bersama-sama, saling membantu antar keluarga.

Pemerintah Desa, Tim STBM Desa, Pemerintah Kecamatan serta Kabupaten melalui Kelompok Kerja Air Minum dan Penyehatan Lingkungan (Pokja AMPL) pun terus memberikan motivasi dan memantau pelaksanaan komitmen masyarakat untuk perbaikan sanitasi tersebut. Bahkan, monitoring dan evaluasi dilakukan secara intensif dan menjangkau seluruh rumah tangga yang dilakukan seluruh pemangku kebijakan secara berjenjang. Hal ini penting untuk menjaga agar semangat memperbaiki sanitasi dapat terus menggelora hingga mencapai 100% STBM. Tidak hanya di rumah tangga tetapi juga di fasilitas layanan umum seperti sekolah, fasilitas kesehatan, perkantoran, tempat ibadah, pasar, dll. Dengan demikian upaya peningkatan sanitasi dilakukan secara total, di semua bangunan dan oleh semua pihak.

Bukan hanya memantau berjalannya perbaikan sanitasi di masyarakat, Pemerintah Daerah pun secara terus menerus melakukan upaya peningkatan kapasitas bagi anggota Pokja AMPL Kabupaten, Pokja AMPL Kecamatan dan Tim STBM Desa. Peningkatan kapasitas meliputi aspek perencanaan program yang komprehensif, penganggaran lintas sektoral, ketrampilan teknis teknologi sanitasi, sanitasi marketing hingga regulasi kebijakan untuk mendukung lingkungan yang kondusif.

Pendekatan STBM dirasakan sangat efektif untuk menggugah kesadaran masyarakat melalui pendidikan yang partisipatif. Pendekatan ini juga memicu harga diri individu untuk bertanggungjawab menciptakan lingkungan yang bersih untuk meningkatkan kesehatan anggota keluarganya. Bukan hanya itu, STBM bahkan memberi kesempatan bagi masyarakat untuk berkreasi memanfaatkan potensi lokal dalam membangun sarana sanitasi sehat dan menangkap peluang pengembangan teknologi sanitasi secara mandiri sesuai dengan kondisi daerah yang terbatas air. Mereka yang menekuni usaha sanitasi, dapat meningkatkan ekonomi rumah tangga dan membantu mendekatkan akses sanitasi bagi masyarakat di pedesaan. Peran masing-masing pihak untuk memperbaiki sanitasi telah ditunjukkan. Maka terwujudnya STBM di Sumba adalah sebuah keniscayaan.